Pemrograman
Linier
Pemrograman
linier merupakan suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang
terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara yang terbaik
dan mungkin dilakukan agar mendapatkan suatu keuntungan yang maksimum dengan menggunakan bahan yang
terbatas. Pembahasan dan analisis pemrograman linier ini terdiri dari studi
kasus, perhitungan manual, pengolahan perangkat lunak, analisis perhitungan
manual, analisis pengolahan perangkat lunak dan analisis perbandingan.
Contoh Studi
Kasus Pemrograman Linier
PT. X merupakan
sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri elektronik. Perusahaan ini
memproduksi dua tipe AC yang berbeda. Generasi pertama bertipe AC-01 yang
diproduksi hingga sekarang. PT.X terus melakukan pengembangan-pengembangan pada
produknya tersebut, dan untuk memenuhi
permintaan konsumen akan AC yang berdaya rendah, PT. X melihatnya
sebagai peluang besar untuk mendapatkan keuntungan, maka PT. X baru-baru ini
meluncurkan AC generasi kedua tipe AC-02 kepasaran. Kedua jenis AC tersebut
menggunakan tiga jenis bahan baku yang sama. Bijih plastik yang digunakan untuk
casing AC, Refrigerant dan dan sekrup. Perusahaan ingin mendapatkan suatu
keuntungan yang maksimum, dimana keuntungan dari tipe AC-01 adalah Rp 160.000,-
per unit dan keuntungan tipe AC-02 adalah Rp 280.000, per unit. Kapasitas yang
tersedia pada perusahaan membatasi output
diringkas pada tabel
Tabel 1 Spesifikasi Produk
Bahan Baku
|
Tipe Ac
|
Kapasitas
|
|
AC-01
|
AC-02
|
||
Bijih Plastik (kg)
|
6
|
3
|
4800
|
Refrigerant(ltr)
|
13
|
11
|
12000
|
Sekrup (Box)
|
10
|
18
|
15000
|
Keuntungan (Rp)
|
160.000
|
280.000
|
|
Berdasarkan data spesifikasi
produk di atas, perusahaan ingin menentukan jumlah AC tipe AC-01 dan AC tipe
AC-02 yang harus diproduksi oleh PT. X agar mendapatkan keuntungan maksimum.
Perhitungan
Manual Pemrograman Linier
Penyelesaian studi kasus pada pemrograman
linier dapat diselesaikan dengan dua metode perhitungan manual yang berbeda.
Perhitungan tersebut adalah dengan metode grafik dan metode simpleks. Berikut
ini adalah perhitunganmenggunakan kedua metode tersebut.
1.
Perhitungan metode grafik
Metode grafik dapat diterapkan
untuk memecahkan masalah-masalah pemrograman linier yang menyangkut dua variabel
keputusan. Langkah-langkah dalam metode grafik adalah sebagai berikut
a.
Menentukan variabel keputusan
Variabel keputusan
biasanya disimbolkan dengan huruf X, yaitu variabel
yang merupakan petunjuk tentang keputusan-keputusan yang akan dibuat. Adapun
variabel keputusan yang ada pada studi kasus adalah sebagai berikut.
X1 = Tipe AC-01
X2 = Tipe AC-02
b.
Menentukan fungsi tujuan
Fungsi tujuan
biasanya disimbolkan dengan huruf Z, yaitu fungsi
dan variabel keputusan yang akan dioptimalkan. Optimalisasi ini dapat bersifat
maksimasi dan minimasi. Adapun fungsi tujuan yang ada pada studi kasus adalah
sebagai berikut.
Max Z = 160.000 X1
+ 280.000 X2
c.
Menentukan sistem kendala
Sistem kendala
merupakan kendala-kendala yang dihadapi karena keterbatasan sumber daya
sehingga tidak dapat menentukan nilai variabel-variabel keputusan secara
sembarang. Adapun dari sistem kendala yang diperoleh studi kasus adalah sebagai
berikut.
6 X1 +
3 X2 ≤ 4800………………………..(1)
13 X1 +
11 X2 ≤ 12000………………….(2)
10 X1 +
18 X2 ≤ 15000………………….(3)
Non-negativeconstraint:
X1,X2>
0
d.
Menentukan grafik dari semua kendala
Setelah sistem
kendala yang sudah ditentukan dapat memperoleh suatu grafik yang dapat
menjelaskan titik potong yang ada. Grafik yang ada pada studi kasus adalah
sebagai berikut.
Persamaan garis :
6 X1 + 3 X2 ≤ 4800
Untuk X1 = 0 6 (0) + 3 X2 ≤ 4800
X2 ≤ 1600
(0, 1600)
Untuk X2 = 0 6 X1 + 3 (0) ≤ 4800
X1 ≤ 800
(800, 0)
Persamaan
garis : 13 X1 + 11 X2 ≤ 12000
Untuk X1 = 0 13 (0) + 11 X2 ≤ 12000
X2 ≤ 1090,9
(0, 1090,9)
Untuk X2 = 0 13 X1 + 11 (0) ≤ 12000
X1 ≤ 923,07
(923,07, 0)
Persamaan
garis : 10 X1 + 18 X2 ≤ 15000
Untuk X1 = 0 10 (0) + 18 X2 ≤ 15000
X2 ≤ 833,3
(0, 833,3)
Untuk X2 = 0 10 X1 + 18 (0) ≤ 15000
X1 ≤ 1500
(1500, 0)
Gambar 1 Grafik Pemrograman
Linier
e.
Menentukan daerah solusi yang layak
Berdasarkan gambar
4.25, dapat dilihat bahwa titik potong B yang didapat pada daerah arsiran yang
sama adalah pada persamaan garis (2) dan persamaan garis (3). Berikut ini
perhitungan titik potong tersebut:
(2) 13 X1 + 11 X2
= 12000 x 10 130 X1 + 110 X2 = 120000
(3) 10 X1 + 18 X2
= 15000 x 13 130 X1 + 234 X2 = 195000
-124 X2 = - 7500
X2 = 604,83
Nilai X2
= 604,83 dimasukkan ke persamaan (2):
13 X1 + 11 (604,83)= 12000
13 X1 = 12000 – 6653,13
13 X1 = 5346,87
X1 = 411,29
Jadi, titik potong
B tersebut adalah (411,29 , 604,83)
Berdasarkan gambar 3.3, dapat dilihat
bahwa titik potong C yang didapat pada daerah arsiran yang sama adalah pada
persamaan garis (1) dan persamaan garis (2). Berikut ini perhitungan titik
potong tersebut:
(1) 6 X1 + 3 X2
= 4800 x 11 66 X1
+ 33 X2 = 52800
(2) 13 X1 + 11 X2
= 12000 x 3 39 X1 + 33 X2 = 36000
27 X1 =
16800
X1 =
622,22
Nilai X1
= 622,22 dimasukkan ke persamaan (1):
6 (622,220) + 3 X2=
4800
3 X2= 4800 – 3733,32
3 X2 = 1066,68
X2=
355,56
Jadi, titik potong
C tersebut adalah (622,22 , 355,56).
f.
Menentukan nilai
obyektif optimal pada daerah solusi yang layak dan menggambarkan bentuk grafik
dari fungsi obyektif. Perhitungan
nilai Z:
Gambar 2 Grafik Solusi Pemrograman Linier
Tabel 2 Titik Kordinat
|
|
g.
Kesimpulan
Jadi, jumlah AC
tipe AC-01 yang harus diproduksi untuk mendapatkan keuntungan maksimum adalah
sebanyak 411,29 unit dibulatkan menjadi 411 unit dan untuk AC tipe AC-02
adalah 604,83 unit dibulatkan menjadi
604 unit. Keuntungan maksimum yang dapat diperoleh PT X sebesar Rp.235.158.800,-
2.
Metode Simpleks
Suatu prosedur
matematis untuk mencari solusi optimal dari suatu masalah pemrograman linier
yang di dasarkan pada proses iterasi. Jadi pada prinsipnya prosedur ini diawali
dengan penentuan suatu solusi awal yang secara terus menerus diperbaiki hingga
diperoleh solusi yang optimal. Berikut adalah langkah-langkah perhitungan dengan metode simpleks.
a.
Model matematika fungsi tujuan dan varibel kendalanya
Model matematika
fungsi tujuan di sini merupakan tujuan perusahaan pada PT. X, tujuannya adalah
mengetahui jumlah produk yang diproduksi untuk memaksimalkan keuntungan dan
variabel keputusan merupakan kendala atau keterbatasan pada perusahaan. Berikut
ini merupakan fungsi tujuan dan variabel keputusan dari kasus PT. X.
X1 = Tipe AC-01
X2 = Tipe AC-02
Max Z = 160000X1 + 280000 X2
Kendalanya:
6 X1 +
3 X2 ≤ 4800
13 X1 +
11 X2 ≤ 12000
10 X1 +
18 X2 ≤ 15000
Non-negativeconstraint:
X1 , X2
> 0
b.
Mengubah model matematika menjadi bentuk baku simpleks
Berdasarkan model matematika diatas untuk menghitung dengan metode
simpleks harus mengubah terlebih dahulu menjadi bentuk baku. Berikut ini adalah
merupakan bentuk baku dari model matematikanya.
Z – 160000X1 –
280000X2 + 0S1 + 0S2 + 0S3 = 0
Variabel
Kendalanya:
6X1 +
3X2 + S1 = 4800
13X1 +
11X2 + S2 = 12000
10X1 +
18X2 + S3 = 15000
c.
Menyusun persamaan di dalam tabel simpleks awal
Berdasarkan
persamaan diatas yang sudah berbentuk baku maka setelah itu menyusun persamaan
tersebut di dalam tabel simpleks awal. Berikut ini adalah tabel simpleks awal.
Tabel 3 Simpleks Awal
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
Rasio
|
Z
|
1
|
-160000
|
-280000
|
0
|
0
|
0
|
-
|
-
|
S1
|
0
|
6
|
3
|
1
|
0
|
0
|
4800
|
-
|
S2
|
0
|
13
|
11
|
0
|
1
|
0
|
12000
|
-
|
S3
|
0
|
10
|
18
|
0
|
0
|
1
|
15000
|
-
|
d.
Memilih kolom kunci pertama
Berdasarkan tabel
nilai bentuk standar baku di atas, untuk menentukan entering variable maka dipilih koefisien negatif terbesar pada baris fungsi tujuan (Z).
Berdasarkan tabel, entering variable terdapat pada
kolom X2, kolom ini disebut kolom pivot.
Tabel 3 Entering Variable
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
Rasio
|
Z
|
1
|
-160000
|
-280000
|
0
|
0
|
0
|
-
|
-
|
S1
|
0
|
6
|
3
|
1
|
0
|
0
|
4800
|
-
|
S2
|
0
|
13
|
11
|
0
|
1
|
0
|
12000
|
-
|
S3
|
0
|
10
|
18
|
0
|
0
|
1
|
15000
|
-
|
e.
Memilih baris kunci pertama
Langkah
selanjutnya, menentukan leaving variable dengan cara
memilih nilai terkecil dari hasil bagi solusi dengan nilai pada kolom pivot, kemudian didapat leaving variabel pada baris S3. Baris tersebut dinamakan
baris pivot. Dari perpotongan kolom pivot dan baris pivot didapat nilai pivot
senilai 18.
Tabel 4 Leaving Variable
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
Rasio
|
Z
|
1
|
-160000
|
-280000
|
0
|
0
|
0
|
-
|
-
|
S1
|
0
|
6
|
3
|
1
|
0
|
0
|
4800
|
1600
|
S2
|
0
|
13
|
11
|
0
|
1
|
0
|
12000
|
1090,91
|
S3
|
0
|
10
|
18
|
0
|
0
|
1
|
15000
|
833,33
|
f.
Mengubah nilai-nilai baris kunci pertama
Mengubah semua
nilai pada baris pivot dengan membagi
terhadap nilai pivot. Berikut ini
adalah perhitungannya.
Tabel 5 Perhitungan X2 Baru untuk Iterasi 1
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
S3
|
0/18
|
10/18
|
18/18
|
0/18
|
0/18
|
1/18
|
15000/18
|
Baris X2 Baru
|
0
|
0,5555
|
1
|
0
|
0
|
0,0555
|
833,33
|
g.
Mengubah nilai-nilai selain pada baris kunci
Langkah
selanjutnya adalah membuat nilai baru untuk semua baris kecuali baris pivot dengan rumus: Nilai baru = Nilai
lama – (nilai pada kolom pivot x
nilai baru baris pivot), serta
menggantikan leaving variabel dengan entering variabel. Berikut ini adalah
perhitungan untuk nilai Z baru:
Tabel 6 Perhitungan Z Baru untuk Iterasi 1
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
Z
|
1
|
-160000
|
-280000
|
0
|
0
|
0
|
|
X2(-280000)
|
0
|
-1400000/9
|
-280000
|
0
|
0
|
-280000/18
|
-233.332.400
|
Baris Baru
|
1
|
-4444,4444
|
0
|
0
|
0
|
15555,5555
|
233.332.400
|
Perhitungan
selanjutnya untuk mencari nilai S1 baru. Berikut ini adalah
perhitungan untuk nilai S1 baru:
Tabel 7 Perhitungan S1 Baru untuk Iterasi 1
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
S1
|
0
|
6
|
3
|
1
|
0
|
0
|
4800
|
X2(3)
|
0
|
5/3
|
3
|
0
|
0
|
3/18
|
2499,99
|
Baris Baru
|
0
|
4,3333
|
0
|
1
|
0
|
-0,1666
|
2300,01
|
Perhitungan
selanjutnya untuk mencari nilai S3 baru. Berikut ini adalah
perhitungan untuk nilai S2 baru:
Tabel 8 Perhitungan S2 Baru untuk Iterasi 1
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
S2
|
0
|
13
|
11
|
0
|
1
|
0
|
12000
|
X2(11)
|
0
|
55/9
|
11
|
0
|
0
|
11/18
|
9166,63
|
Baris Baru
|
0
|
6,8888
|
0
|
0
|
1
|
-0,6111
|
2833,37
|
Perhitungan untuk
iterasi pertama telah selesai. Berikut ini adalah tabel perhitungan iterasi
pertama:
Tabel 9 Iterasi 1
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
Rasio
|
Z
|
1
|
-4444,4444
|
0
|
0
|
0
|
15555,5555
|
233.332.400
|
|
S1
|
0
|
4,3333
|
0
|
1
|
0
|
-0,1666
|
2300,01
|
530,77
|
S2
|
0
|
6,8888
|
0
|
0
|
1
|
-0,6111
|
2833,37
|
411,3
|
X2
|
0
|
0,5555
|
1
|
0
|
0
|
0,0555
|
833,33
|
1500,14
|
h.
Melanjutkan perbaikan-perbaikan atau perubahan-perubahan
Berdasarkan tabel 9 iterasi 1 masih terdapat nilai negatif pada baris fungsi tujuan (Z), maka
bisa dikatakan solusi belum optimal. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan solusi
dengan langkah-langkah yang sama. Berdasarkan tabel, entering variable terdapat pada kolom X1, kolom ini disebut kolom pivot. Didapat leaving variabel pada baris S2, baris tersebut dinamakan
baris pivot. Dari perpotongan kolom pivot dan baris pivot didapat nilai pivot
senilai 6,8888. Mengubah semua nilai pada baris pivot
dengan membaginya terhadap nilai pivot.
Berikut ini adalah perhitungannya:
Tabel 10 Perhitungan S2 Baru untuk Iterasi 2
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
S2
|
0/6,8888
|
6,8888/6,8888
|
0/6,8888
|
0/6,8888
|
1/6,8888
|
-0,6111/6,8888
|
2833,37/6,8888
|
Baris X1
Baru
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0,1451
|
-0,0887
|
411,3
|
Langkah
selanjutnya adalah membuat nilai baru untuk semua baris kecuali baris pivot dengan rumus: Nilai baru = Nilai
lama – (nilai pada kolom pivot x
nilai baru baris pivot) serta
menggantikan leaving variabel dengan entering variabel. Berikut ini adalah
perhitungan untuk nilai Z baru.
Tabel 11 Perhitungan Z Baru untuk Iterasi 2
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
Z
|
1
|
-4444,4444
|
0
|
0
|
0
|
15555,5555
|
233.332.400
|
X1(-4444,4444)
|
0
|
-4444,4444
|
0
|
0
|
-644,8888
|
394,2222
|
-1.827,999,982
|
Baris Baru
|
1
|
0
|
0
|
0
|
622,22
|
15200
|
235.160.400
|
Perhitungan
selanjutnya untuk mencari nilai S1 baru. Berikut ini adalah
perhitungan untuk nilai S1 baru:
Tabel 12 Perhitungan S1 Baru untuk Iterasi 2
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
S1
|
0
|
4,3333
|
0
|
1
|
0
|
-0,1666
|
2300,01
|
X1(4,3333)
|
0
|
4,3333
|
0
|
0
|
0,6287
|
-0,3843
|
1782,28
|
Baris Baru
|
0
|
0
|
0
|
1
|
-0,6
|
0,17
|
517,73
|
Perhitungan
selanjutnya untuk mencari nilai X2 baru. Berikut ini adalah
perhitungan untuk nilai X2 baru:
Tabel 13 Perhitungan X2 Baru untuk Iterasi 2
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
X2
|
0
|
0,5555
|
1
|
0
|
0
|
0,0555
|
833,33
|
X1(0,5555)
|
0
|
0,5555
|
0
|
0
|
0,0806
|
-0,0492
|
228,47
|
Baris Baru
|
0
|
0
|
1
|
0
|
-0,07
|
0,09
|
604,86
|
Perhitungan untuk
iterasi kedua telah selesai. Berikut ini adalah tabel perhitungan iterasi
kedua:
Tabel 14 Iterasi 2
Basis
|
Z
|
X1
|
X2
|
S1
|
S2
|
S3
|
RHS
|
Z
|
1
|
0
|
0
|
0
|
622,22
|
15200
|
235.160.400
|
S1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
-0,6
|
0,17
|
517,73
|
X1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0,1451
|
-0,0887
|
411,3
|
X2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
-0,07
|
0,09
|
604,86
|
Berdasarkan tabel
iterasi 2 di atas, nilai pada
baris fungsi tujuan (Z) sudah tidak ada yang bernilai negatif, maka dapat
dikatakan bahwa solusi tersebut sudah optimal. Didapat nilai Z sebesar 235.160.400
dengan nilai X1 = 411,3 dan nilai X2
= 604,86. Jadi, jumlah AC yang harus diproduksi agar
PT. X mendapatkan keuntungan yang maksimal adalah AC tipe AC-01 sejumlah 411,22
unit dibulatkan menjadi 411 unit dan AC tipe AC-02 sejumlah 604,86 unit
dibulatkan menjadi 604 unit dengan jumlah keuntungan sebesar Rp. 235.160.400. dan terdapat sisa biji plastik sebesar
517,73 kg.