“Terima Kasih Bapa”, itulah kata pertama yang setiap hari aku ucap saat bangun tidur. Pagi ini terasa sangat berbeda, hening sekali keadaan rumah. Aku beranjak turun dari pulau kasur yang sangat empuk dan segera menuju dapur srta ruang tamu. Hey, kemanakah ibu ku, kubertanya dalam hati sambil beranjak keluar rumah tuk segeera mencari beliau.

Langit amat gelap, seakan hujan akan merintikan airnya tuk membasahi bumi ini, segera ku melihat jam. “Astaga” jerit ku dalam hati, sudah pukul 08.30 pagi. Ku berlari mengambil handuk yang masi tersangkut di gantungan baju. Cukup lah kalau mandi hanya 5 menit, bisiku dalam hati. Kusemprotkan pakaian ku dengan berbagai parfum yang terlihat mata. Rasanya mual jika berbagai aroma jadi satu, sudahlah, tak kuperdulikan lagi.

Segera ku ambil tas hitam yang di depannya tertulis nama aku “Biru”, Berlari menuju pangkalan ojek depan rumah, Pria tua membalas panggilan ojekku, pria berumur 30tahunan, memakai pakaian serba hitam dan memakai jaket kulit coklat. Berfikir ku dalam hati, “hellow, bis nyelawat pak”.

Kulihat dari jauh pintu gerbang kantor masi ada cela untuk masuk. Motor berhenti dan kukeluarkan uang 2 lembar 10 ribuan dan 2 lembar 2 ribuan dan ku berikan kepada tukang ojek itu sambil berkata “Terima Kasih pak”. Berlari menuju gerbang, masuk ke dalam wilayah gedung kantor besar berwarna biru dengan lonceng yang tinggi diatapnya.

Ku buka pintu, dan kulihat lirik berbagai mata mengarah padaku. “maaf saya terlambat”. Hufh tak ada satu pun yang menjawab perkataanku. Berasa membuat kesalahan yang amat sangat besar. Aku tekan tombol power komputerku tuk menyalakan dan memulai aktivitas pekerjaanku, sambil bertanya kepada teman disampingku “ada apa c, kok pada tegang semua?''

Temen wanita ku ini berparas sangat cantik dengan lesung pipit dikedua pipinya, yang terlihat jelas ketika dia berbicara. “Biru sayang, tadi Pak Michael mencari kamu, tapi pas dia tak menemukan kamu, dia mulai marah-marah dan pergi entah kemana”. Astaga, aku ingat, hari ini aku seharusnya bertemu dengan Pak Michael dan membicarakan database wilayah. Oh tidak, ini adalah hari terburuk yang kulalui, aku tak dapat menahan kegalauan dalam hati ini. Aku takut jika Pak Michael marah, bisa membahayakan bagi posisi pekerjaanku ini.

Kutekan tombol handphone dan mencari nama Pak Michael dalam daftar namaku di handphone ku, Segera kutelpon beliau untuk meminta maaf. Akh, tak ada jawaban dari beliau.

Waktu telah menunjukan pukul 12.00 WIB, dan dentingan lonceng yang menandakan jam istirahat telah dikumandangkan. Dering bunyi lagu Firework terdengar jelas dari saku ku, kulihat lisn nama yang menelpon aku. Dari si mama ternyata “halo, knapa ma?. Tadi pagi kemana seh, kok gak bangunin biru!. Berbagai perkataan ku ocehkan pada ibuku. “bawel ah, mangkanya tidur jangan terlalu malam, mama juga dah bangunin kamu, tapi kamu gak bangun-bangun, karena takut telat jadi mama berangkat keluar. Sekarang mana ada di dekat kantor kamu, sedang makan siang bersama teman mama, kamu segera ke sini yach, makn siang bareng sama kita!”

Kulihat dompet sebelum menjawab kepada mama “oke” kita ketemu disana ya ma. Aku menyangupi karena hanya tersisa uang 5ribu didompet ini. Ku berjalan menuju rumah makan cepat saji yang berada beberapa blok dari kantor aku, “Selamat datang pak” sambut wanita cantik sambil membuka pintu untukku.

Kutengok kiri kanan tuh mencari wajah ibuku yang cantik dan imut sperti diriku, “Oh my God” kulihat Pak Michael sedng duduk sendiri di pinggiran . Segera mungkin kubalikan tubuh dan mengambil handphone tuk memberitahukan kepada ibu ku bahwa aku tidak bisa datang. Aduh, aku terjatuh. Aku menabrak wanita gemuk yang sedang membawa makanan, semua mata tertuju padaku, begitu juga dengan Pak Michael. Begitu malu rasanya aku dilihat oleh orang-orang. “Bangun” kata wanita gemuk itu, “neh uangnya, pesen lagi sana, udah untung mama pesenin duluan biar kaga antri tapi malah kamu sendiri yang numpahin”.

Iya, maaf mah, wanita gemuk ini adalah ibuku, banyak bercak air di pakaiannya. “Biru, Sayang, kalian saling kenal?”. Hah “sayang?????, sungguh kaget aku. “dia ini anakku yang tadi kuceritakan sama kamu mas, kamu kenal anakku?. “Iya, dia bekerja dikantor aku” jawab Pak Michael dengan tenang.

“Pak, saya minta maaf karena tadi saya...” cukup kata Pak Michael. “sudah sana pesan, lalu duduk bersama kami”. Baik pak!. Segera kupesan paket panas yang hanya Rp. 15.000 plus ppn dan kukantungi kembaliannya, lumayan buat besok.

Kubawa makanan menuju mama dan Pak Michael, “ini pria yang mam ceritakan sama kamu, mama tak menyangka kalau kalian saling kenal, rencananya nanti malam mama akan mengenalkannya kepada kamu dan freeza adikmu”. Sungguh kaget bukan main, tak menyangka kalau Bos aku bakal jadi ayah aku. Oh tidak, tapi aku tak mau membuat mama kecewa, setiap hari dia selalu menceritakan sosok pria yang akan menjadi ayahku, sampai bosan aku, tapi tak kusanggka bahwa sosok itu adalah bos aku.

“apa kamu menyetujui aku sama ibumu tuk bersatu, mengenai hari ini, tadi ibumu sudah menceritakan semuanya, dia tak membangunkan anaknya sampai terbangun karena kami berdua janjian ketemu”, “iya pak, maafkan saya dan saya setuju jika bapak dengan mama saya ini'.

Setelah selesai makan, aku kembali ke kantor, dengan wajah penuh senyuman, banyak yang bertanya kepada ku “Kenapa biru, dari tadi senyam senyum aja, pikirin tuh kalau Pak Michael nanti datang dan marah marah lagi”. Dengan penuh kepercayaan diri aku berkata “Gak masalah!”, duduk kembali aku menyelesaikan pekerjaan kantor ku.

Pukul 17.00 WIB, mama dengan Pak Michael datang kerumah, mereka membawa belanjaan yang banyak dengan bermacam macam merk toko di body bag yang dibelinya. Kami berempat dengan adiku berkumpul dan membicarakan hal ini. Aku dan adiku sangat senang karena bisa melihat wajah mama kembali tersenyum dan aku serta freeza mempunyai keluarga yang utuh lagi. “Terima Kasih Bapa, kuucapkan atas hari terindah yang pernah kau berikan”

date Minggu, 22 April 2012

0 komentar to “Hari Terburuk = Hari Terindah”

Leave a Reply:

Diberdayakan oleh Blogger.